Jumat, 01 Januari 2016

2015-2016: Celoteh Malam Transisi

Seraya Memuji Keagungan Dzat Pencipta Alam Semesta Beserta Isinya, Dialah Dia Sebaik-baik Dzat Yang Maha Memiliki Hati dan Muara Segala Pengharapan..

Wal Ashr..

Saat gue mulai menulis draft postingan ini, suasana di luar rumah dan hampir seluruh muka bumi sedang semarak menutup 365 hari di tahun 2015 dan bersiap menyambut 365 hari yang baru dengan judul 2016. Yes. Ini malam tahun baru, A New Year’s Eve. Dan gue baru sampe rumah setelah melalui perjalanan pulang yang (mungkin bisa dibilang) paling menantang yang pernah gue alami. Kenapa bisa begitu? Apa perjalanan hidup gue sepanjang 2015 ini sebegitu nggak menariknya sampe-sampe lebay pulang kerja malem taun baru aja dibilang begitu? Yuk kita bahas..[1]

Perjalanan pulang ke rumah di malam pergantian tahun adalah perjalanan pulang yang paling berbahaya dan beresiko dari 365 hari yang ada di tahun tersebut. Kenapa? Karena bagi gue yang tinggal di pinggiran kota satelit di Provinsi yang paling padat penduduknya Se-Indonesia, segala bentuk tindak tanduk manusia dengan keajaiban perilakunya semua tumpah ruah di jalan raya. Sepanjang perjalanan pulang dari stasiun kereta ke rumah di Cibinong, bukan hanya cabe-cabean dan terong-terongan yang tumpah turun ke jalan raya tapi juga akan dengan sangat mudahnya ditemui adanya ulekan-ulekanan, panic-pancian bahkan hingga minyak panas-minyak panasan dan isi-isi dapurnya sekalian semua tumplek blek di jalan raya. Sebagai orang yang pernah diajarin soal ilmu tentang manusia kondisi ini jadi menarik buat gue. Sekalipun punya tujuan dan pemahaman yang sama tentang malam pergantian tahun, tetapi perilaku berkendara orang-orang ini sporadis dan arbitrer. Bagi gue yang hanya ingin pulang ke rumah setelah pulang kerja (kebetulan) di malam pergantian tahun, perilaku berkendara yang sporadis dan arbitrer di jalan raya yang overpopulasi ini cukup mengancam nyawa. Ah.. sulit sih gambarinnya kalo pake tulisan ini. Tapi coba, setelah baca tulisan ini, inget-inget atau kalo nggak percaya silakan buktikan langsung di malam pergantian tahun 2017 kalo masih ada umur.

Segala bentuk keajaiban bisa ditemui di jalanan pada malam tahun baru. Salah satu yang paling ajaib dari banyak keajaiban yang bisa ditemui pada malam tahun baru adalah keajaiban maneuver pengendara motor. Serius. Berkendara di malam pergantian tahun bisa jadi ajang melatih kemampuan dan kematangan emosional lo sebagai pengendara. Segala bentuk kendaraan dengan aneka ragam jumlah, usia, tujuan dan orientasi arah pengendaranya tumplek di jalanan. Ibarat main game, berkendara di malam pergantian taun itu kayak mainin game ketangkasaan dengan tingkat kesulitan paling tinggi tapi lo bisa alamin itu langsung dengan mata kepala lo sendiri lengkap dengan resikonya. Jadi kalo ya emosi, bakal beneran. Kalo jatoh ya cederanya sakit beneran. Kalo ketabrak ya rusak beneran tapi susah minta ganti ruginya karena ternyata.. dsb, dsb, dsb. Lagi-lagi ini menarik. Ada sharing ideas yang terjadi di kepala semua orang yang turun ke jalan raya tentang pemahaman dan pemaknaan malam pergantian tahun. Nggak berenti di situ mereka juga mewujudkan gagasan dan pemahaman mereka tentang malam pergantian tahun dengan tindakan berupa turun ke jalan. Menyoal sebab orang-orang ini memilih jalan raya sebagai lokasi pengejawantahan gagasan mereka itu yaa meskipun bisa dikira-kira tapi perlu ada primary opinion sih dari pelakunya. Dalam pemahaman bahwa kebudayaan adalah adanya pemahaman yang sama mengenai nilai-nilai yang berlaku di suatu lingkup masyarakat dan terjadi transmisi pemahaman tersebut secara turun temurun, bagi gue, fenomena malam pergantian tahun ini memenuhi semua persyaratan untuk bisa  dikatakan sebagai sebuah kebudayaan (culture).

Terus kenapa? Ya gapapa.. Cuma pengen bilang gitu aja. Bahwa keajaiban perilaku berkendara yang sporadis dan arbitrer dari orang-orang yang tumpah ke jalan pada malam tahun baru adalah bentuk lain buat memahami malam pergantian tahun dengan sudut pandang yang berbeda, yang agak antropologis dikit, meskipun dari penjelasan yang gue paparkan itu ya ngaconya banyak. Dari sini kita bisa belajar bahwa pada hakikatnya manusia memang ditakdirkan untuk berbeda-beda. Gimana pun juga kita sebagai individu adalah bagian dari perbedaan itu. Ajaibnya manuver-manuver pengendara di jalan pada malam tahun baru adalah salah satu contohnya. Gue amat sangat bersyukur dengan kenyataan dan kesadaran bahwa gue memaknai ajaibnya pengalaman perjalanan pulang kerja pada malam pergantian tahun sebagai sebuah game yang nggak hanya challenging, tapi ternyata juga fascinating kalo kita sedikit aja mau sedikit lebih peduli sama diri kita sendiri dengan merenung (atau seenggaknya berfikir) tentang apa-apa aja yang udah kita lewatin se-sepele apapun hal itu, momen-momen itu. Karena University of Life ini nggak pernah berhenti ngasih pelajaran. Ada pepatah bilang, never stop learning because life never stop teaching”. Tapi kita sendiri juga harus inget bahwa guru akan mulai pelajaran saat muridnya dirasa sudah siap.  And when you see it.. when you realized.. that’s must be the time that you know you’re blessed. Nggak akan terlalu sulit lagi rasanya buat memahami maksud di balik pertanyaan tentang “Maka Nikmat Tuhanmu yang mana lagikah yang kau dustakan?” yang harus sampe diulang sebanyak 31 kali.  

Berkendara pulang kerja di malam pergantian tahun ini ngasih pelajaran ke gue bahwa, meskipun udah punya tujuan dan pemahaman yang sama tentang suatu hal tapi jalan yang akan ditempuh masing-masing orang itu ya akan balik lagi ke orangnya, gimana karakternya, apa kebutuhannya dan gimana takdirnya. Itu artinya emang nggak selamanya keteraturan itu aman. Kalo semua seragam, waktunya jalan semua jalan, waktunya berenti baris semua di jalan sampe puluhan kilometer mah ya hamsyong kejebak macet di jalan tol. Kejebak macet di jalan bebas hambatan, bukannya itu paradoks ? gimana kalo itu kita jadiin analogi dalam perjalanan hidup? coba di pikir ulang.. jalan seperti apa sih yang udah kita tempuh buat ngelewatin 2015 ini? Lalu, Jalan seperti apa yang akan kita pilih di 365 hari berjudul 2016 yang lagi disambut milyaran orang secara meriah ini ? udah jadi pengendara seperti apa sih kita di 2015 ? akan jadi pengendara yang seperti apa kita di 2016 ? mencelakai ? dicelakai ? tercelakai ? atau jadi orang yang niatnya hanya ingin pulang ke rumah setelah capek seharian kerja tapi harus ngalamin perjalanan yang ternyata panjang juga kalo direnungin..

Dan lagi-lagi idealnya semua itu bermuara pada rasa syukur. Syukur karena ternyata kita telah berhasil menamatkan 365 hari berjudul 2015 dan berani menyambut 365 hari berikutnya yang berjudul 365 dengan kegembiraan, meskipun kita sama sekali nggak tau akan seperti apa si 2016 ini nantinya. Well.. akan seperti apapun 2016 nantinya, kita telah memilih untuk siap, karena kita, dengan cara apapun telah memutuskan untuk berani melepas 2015 dengan syukur dan menyambut 2016 dengan gembira dan suka cita.

Terlampir sejumput salam untuk 365 hari berjudul 2016 yang sudah tiba di depan muka, 
Bismillahi Tawakkaltu Alallah, Laa Hawla Wa Laa Quwwata Ilaa Billah..




[1] walau gue sendiri yakin yang peduli sama cerita ini ya diri gue sendiri, lah wong yang rajin baca blog ini ya gue sendiri juga nanti-nanti ke depannya

Jumat, 07 Agustus 2015

Tak Perlulah Ada Deadline Di Antara Kita

Bermula dari posting temen-temen gue di beberapa media sosial serta pembahasan yang (malah) jadi serius dari komentar-komentar terkait posting itu makanya tulisan ini jadi gue buat.. emang suka begitu, hal-hal yang mulanya becanda suka jadi serius, hal yang dari awalnya diniatin serius beberapa lama kemudian berujung jadi bahan becandaan. Ya wajar sih, lo baru idup sekali kan? Sama! Haha.. kalo gitu silakan dilanjut ngebacanya.. let’s start the ride and fasten your seatbelt.

Well, menikah adalah isu yang nggak mungkin dihindari seiring dengan berjalannya nominal umur lo, apalagi ketika usia lo udah memasuki kepala 2. Oh, asumsi ini dibuat berdasarkan standar kedewasaan yang common sense berlaku di masyarakat saat ini yaitu 21 tahun. Jadi kalo ada daerah-daerah yang angka pernikahan dini (kurang dari 16 tahun) masih terbilang tinggi kita kesampingkan dulu ya. Lagipula permasalahan yang akan kita bahas di sini belom tentu juga jadi masalah bagi mereka yang melakukan pernikahan dini. Setiap fase usia kan punya permasalahannya masing-masing, bukan begitu bukan? Gini, Idul Fitri baru aja berlalu dua minggu saat gue bikin tulisan ini. Jadi masih segar dalam ingatan gue tentang ketakutan banyak orang yang tumpah media sosial tentang berbagai macam reaksi mereka ketika mendapat pertanyaan klasik saat keluarga besar lagi kumpul. Mulai dari pertanyaan-pertanyaan yang wajar semisal “kapan nikah?”, “mana calonnya?”, “nunggu apalagi sih?”, “nyari calon yang kayak apa sih?” sampe pertanyaan-pertanyaan yang ajaib kayak “kamu udah sembuh kan?” atau “kamu straight kan?”. Situasi kumpul keluarga besar adalah situasi yang sama sekali nggak bisa diprediksi kemana arah dan tujuan obrolannya, nggak jelas mana sodara yang beneran care, yang ngejek, atau yang sekedar basa-basi karena cuma itu yang bisa jadi bahan obrolan setahun sekali. Oke, kebablasan, intinya gue cuma mau buat poin bahwa usia adalah salah satu pertimbangan paling penting dalam pernikahan.

Kenapa usia penting dalam sebuah pernikahan? Daripada ngelantur, gue akan membatasi pembahasan gue berkisar tentang standar ‘usia menikah ideal’ yang berlaku di masyarakat sekarang ini, juga atas dasar apa konsepsi ‘standar usia menikah ideal’ itu terbentuk. Diskusi panjang antara gue dan beberapa temen gue terjadi karena temen gue memposting gambar ini dalam salah satu media sosialnya:


Intimidatif ya judulnya? Memang. Personally, nggak ada masalah kok dengan tabel ini. Pembahasan jadi muncul karena gambar yang temen gue post ini direpost oleh salah satu vendor asuransi. Nggak ada yang salah juga dengan asuransi, beneran, gue juga bukan seseorang yang alergi dengan asuransi. Sama sekali enggak. The things is, tabel ini jadi gambaran tentang kondisi (dan persepsi) masyarakat sekarang yang mengedepankan tentang kemapanan emosional, psikologis dan finansial sebagai ujung tombak pernikahan. Kalo dikulik lagi sedikit, ini sepenuhnya asumsi gue, sasaran utama tabel ini adalah kaum pria dengan golongan menengah ke atas. Kenapa? Coba lihat, usia menikah paling muda yang tercantum di tabel ini adalah 25 tahun. Silakan lakukan survey random sama temen-temen perempuan lo, tentang apa yang akan mereka lakukan saat mereka berusia 25 tahun. Hasilnya bisa ditebak kalo mayoritas akan menyebutkan ‘pengennya sih umur segitu udah nikah, udah settle, sukur-sukur udah punya anak’ dan lain sebagainya’. Nggak sedikit juga perempuan yang memasang target menikah di umur lebih tinggi dengan berbagai alasan, tapi gue masih amat percaya kalo usia 25 tahun bagi perempuan itu adalah ‘finish line’ bagi mereka. 25 tahun bagi perempuan jadi semacam jam biologis yang kalo mereka sampe lewat itu, mereka masih kena berbagai macem stigma dari lingkungannya. Perawan tua-lah, nggak laku-lah, masalah kepribadian-lah, segala macem. Entah kayak ada semacam persaingan tak terlihat di antara para perempuan dalam satu lingkungan pergaulan kalo yang satu udah nikah, kemudian satu persatu nikah, pasti ada aja (atau malah semuanya) yang uring-uringan pengen segera nikah juga karena temen-temennya udah pada nikah. Men, life isn't a race! Sampe pernah juga ada becandaan antara gue dengan senior gue beberapa tahun lalu, saat itu gue masih maba yang bunyi omongannya kira-kira begini:

 “cewek-cewek umur 25 itu rata-rata udah deadline, umur segitu mereka akan mulai concern sama hal-hal jam biologis tubuh tentang usia terbaik rahim untuk dibuahi, soal usia kematangan psikologis seorang ibu sama anaknya, soal kemapanan finansial. Terlepas dari semua yang jadi pertimbangan mereka itu emang bener, yang lebih bener lagi ya pada umur segitu banyak perempuan itu udah panik sama jodoh mereka. Ketika udah panik, mostly udah nggak peduli lagi sama cinta-cintaan, siapa aja yang berani ngajak nikah, sikat. Cinta bisa dipupuk belakangan. Kita juga sebagai laki-laki juga diuntungkan sama budaya patriarki semacam ini. Bisa ngambil keuntungan disaat para perempuan itu panik dengan jam biologis yang sebenernya mereka construct sendiri dalam pikirannya. Udah lo abaikan deh cewek-cewek yang seumuran sama lo kalo lo nggak bener-bener siap, lo akan punya lebih banyak pilihan saat mereka (junior-junior) itu masuk masa deadline terus panik, dan saat itu harusnya lo udah lebih siap secara psikologis dan finansial. Lo tinggal pilih mau yang kayak apa, tinggal comot!

Sialannya, baru-baru sekarang ini gue nangkep maksud obrolan senior gue ini, dan bener-bener nyata terjadi di sekitar gue. Oh iya, gue amat sangat sadar dengan kemungkinan argumentasi gue (dan senior gue yang gue kutip) di atas ini akan jadi bancakan bagi mereka yang nggak setuju. Perdebatan itu juga udah terjadi saat gue nulis postingan ini, tapi gue punya alasan kenapa tetep gue cantumin di sini. Hai perempuan-perempuan yang kebetulan baca postingan ini, liat, gimana cara lelaki memanfaatkan kepanikan kalian atas deadline yang kalian buat dalam pikiran kalian sendiri, dan gimana kami para lelaki mengambil keuntungan atas situasi tersebut. You’d better watch yourself and step carefully!

Kembali ke tabel di atas. Selain ditujukan buat laki-laki, tabel tersebut juga masih menyasar kelompok masyarakat yang percaya bahwa mereka akan pensiun kerja setelah memasuki usia 55 Tahun, atau dengan kata lain, PNS. Coba lihat gradasi warna hijau dan kuning di kolom paling kanan. Sebelom lo pensiun anak pertama lo (diasumsikan) udah akan menikah jadi lo akan memasuki masa pensiun dengan tenang, nggak perlu ada pengeluaran besar lagi untuk anak dan keluarga. Menikmati masa tua dengan indah deh pokoknya. Tapi sadar atau enggak, menurut tabel itu, saat anak pertama lu diasumsikan akan menikah usianya justru baru 24 tahun (usia anak saat nikah = usia orangtua saat anak nikah – usia orangtua saat anak lahir), dan usia menikah ideal dalam tabel ini baru dimulai pada angka 25 tahun. Jelas tabel ini tabel yang egosentris, karena sudut pandangnya yang dipakai adalah sudut pandang kita saat ini, bukan sudut pandang kita sebagai pelaku aktual yang menghadapi langsung kondisinya. Tabel ini masih perlu dikulik lagi lebih dalem kalo misalkan muncul pertanyaan, "gimana kalo gue kerja di swasta yang pensiunnya bisa lebih tua?", atau "gimana kalo gue ternyata jadi pengusaha yang nggak kenal kata pensiun?", atau "gimana kalo tetiba gue kena PHK di tengah jalan?", lalu "gimana kalo ternyata anak gue belom mau nikah ketika udah masuk umur 24 tahun?", dan lain sebagainya. fyuh! Fleksibilitas tentu jadi pertimbangan dan nggak mungkin dimuat dalam tabel bukan? Tabel itu hanya perlu dibaca dengan sedikit lebih tenang, bukan dengan perasaan “untung gue belom”, atau “oke, xx tahun lagi”, bahkan “mampus gue udah lewat deadline”. Terlalu banyak pertimbangan sebelum menikah juga nggak baik juga. Kadang kita terlalu fokus nyiapin hal-hal yang sifatnya materi, seiring dengan itu kita juga nyiapin bekal rohani dan bekal psikologis. Karena kita terlalu sibuk sama hal-hal itu sering kali kita justru luput sama permasalahan utamanya sebelum menikah. Mau lo nikah umur berapa kek, mau lo nikah di mana dan pake budget berapa kek, mau abis itu lo tinggal di mana kek. Masalah utamanya tetep sama. sama siapa? Ini penting! Ini genting! Masalah ini harus ketemu dulu jawabannya sebelum lanjut mikirin yang lain. Hahahahanyinghahahahaha.. 

Oh, oke. Astaghfirullah. Maap-maap. Kembali ke bahasan serius ya. Melek finansial adalah kecakapan pribadi yang mutlak diperlukan buat generasi sekarang ini. Wajib, nggak boleh enggak! Tapi bukan berarti segalanya bisa diputuskan dengan takaran materi kan? Tapi dengan begitu bukan berarti kita, lo dan gue, nggak perlu mempersiapkan apapun dan berserah gimana nantinya kan? Please remember this, it is better to have a plan you don’t need rather than needs a plan you don’t have. Change the plan, not the goal. But the most important thing is, keep moving, and make sure it is forward. Kembali pada permasalahan nikah-menikah di atas, mengingat pada kondisi gue sekarang, gue amat sangat setuju dengan postingan ini. Terlepas dari yang posting adalah perempuan yang memang menginspirasi banyak orang (dan gue pun mengidolakan doi pastinya), foto yang dia posting lengkap dengan captionnya adalah insight yang sangat bijak dalam menyikapi pembahasan kita di atas tadi. Kayak apa? Nih!


Dan, oh.. gue juga harus memberikan kabar gembira yang terlambat beberapa bulan bagi yang kebetulan mampir di blog ini. Pencarian udzi sudah berakhir. Dia akhirnya berlabuh sama sesosok perempuan yang dia nggak pernah sebut-sebut dalam blog ini. Haha.. selamat! Kabar gembira juga datang dari Huda yang baru beberapa minggu mendapatkan jagoannya yang kedua, selamat boi! Arry? Dia mah nggak pernah nggak gembira, dibawa happy terus, dan ini bawa pengaruh positif buat lingkungan sekitarnya. Okeh, tahun ini masih tersisa 4 bulan sebelum berganti. Semoga akan ada lagi tambahan kabar bahagia dari kakak-adik sodara kandung satu bapak-satu ibu. Dari James yang sedang mempersiapkan segalanya untuk bisa ‘berlabuh’ tahun ini, semoga lancar nyet! Juga dari eL (adeknya James) yang lagi pegang hajatan besar Matareda Fair tahun ini, semoga lancar. Setelah posting terakhir terbit tahun 2013, kira-kira beginilah bentuk kita sekarang:




Yap. That’s all, folks!



Apa?
Kabar gembira apa dari gue? Hahaha..





Tungguin aja






Doain ya! :)
Posted on 22.51 | Categories:

Kamis, 28 Maret 2013

Di Udara


Lagi-lagi sebuah kecelakaan ide muncul disaat yang tidak seharusnya. Ketika gue ngedraft tulisan ini, gue lagi berkejaran sama deadline skripsi. Kamar gue berantakan nggak karu-karuan, buku bertebaran dimana-mana dan, entah kepribadian gue yang mana bisa-bisanya bikin kolor usang nangkring gagah di pigura tempat minyak wangi, deodoran dan obat ganteng lainnya. Sungguh, apapun penjelasan yang akan lo buat.. formasi yang tersusun antara kolor, parfum, deodoran dan balsem otot adalah kombinasi yang mematikan dan tidak bisa diterima akal sehat. Astaghfiir..

Tapi ada yang berbeda di kamar gue kali ini. Sesuatu yang spesial. Sesuatu yang mulanya gue biasain karena lumayan jiper sama suara celepuk yang suka dateng dan pergi seenaknya aja. Sama kayak perasaan. Jadi, masih dalam rangka mengurangi rasa jiper.. enaknya burung itu sekalian aja gue namain burung perasaan. Jaman sekarang gini, banyak loh burung-burung yang bisa beroperasi tanpa perasaan. Kasian. Lah ini kenapa jadi ngomongin burung. Balik ke sesuatu yang spesial di kamar gue malem ini.. gue ngetik sambil dengerin radio, niat awalnya sih biar berasa asik aja ada musik, nggak harus ribet sama playlist di komputer dan emang gue seneng aja denger radio sejak masih kecil.

Ada perasaan yang berbeda gitu rasanya kalo denger lagu lewat radio. Walaupun lo denger lagu yang sama lewat komputer, hp, ipod atau apapun, rasanya tetep beda ketika kita denger lewat radio. Jujur, gue rindu masa-masa dulu ketika radio lagi jaya-jayanya. Ketika masih banyak interaksi yang terjadi di udara. Orang pacaran kirim-kiriman lagu lewat radio, musisi berlomba-lomba bikin lagu yang bisa dinikmati karena lagu mereka bener-bener terseleksi lewat kualitas. Saat-saat itu adalah saat ketika pendengar musik menikmati sebuah karya secara jujur. Buat gue, ketika gue denger radio.. gue menghayati lagu yang diputer sesuai dengan kenangan yang gue punya, gue recall kenangan-kenangan gue sesuai dengan cerita yang mau disampaikan lewat lagunya. Mungkin orang-orang lain juga sama. Kita mendadak dapet gambaran imajiner dari lagu yang diputer dan kita lihat itu semua secara jelas dalam pikiran kita. Secara mendadak, semua kenangan kita yang terwakili oleh lagu itu jadi video klip, kita jadi model video klipnya sekaligus juga sutradaranya. Aah meeen! Waktu itu kita denger musik karena emang musiknya bisa mewakili kenangan kita, atau perasaan kita saat itu. Suatu lagu bisa dengan mudahnya jadi soundtrack hidup selama beberapa saat. Suatu kenangan bisa dengan mudahnya terpanggil lewat alunan musik yang kita kenal. Pada saat itu, kita nggak terlalu mikirin kayak apa tampangnya si musisi, seberapa lincah aksi mereka diatas panggung, atau bahkan seberapa imut mereka dan seberapa mulus pahanya. Sama sekali enggak.

Kenapa bisa begitu. Ya itu tadi. Ketika televisi udah merajalela tak terkendali seperti sekarang, semuanya cuma soal rating. Nonton adalah pleasure activities yang sifatnya lebih sosial ketimbang denger radio. Maksudnya? Iyalah, banyak acara di tv yang diadain nonton bareng dan amat sangat jarang ditemui acara denger radio bareng di era modern seperti sekarang ini. Orang lebih milih curhat dengan orang-orang di lingkungan terdekat mereka pake cara yang lugas via twitter ketimbang menikmati dan berbagi perasaan mereka sama banyak orang lain secara elegan lewat lagu. Padahal lewat radio, kesan yang mereka ungkapkan bersifat lebih personal bagi tiap-tiap individu yang mengungkapkan perasaannya sekaligus juga bersifat sosial bagi pendengar yang lainnya. Karena apa? Yaa, bisa jadi karena kita merasa nggak sendirian aja. Disaat yang sama, mungkin aja ada banyak orang yang ngedengerin lagu itu mengalami perasaan yang sama seperti yang kita alami. Ketika kita sadar bahwa kesendirian kita saat lagi ngedenger radio ini juga dirasain sama ratusan, bahkan mungkin ribuan orang yang juga lagi dengerin radio ini sambil ngerasa sendirian juga.. disaat itulah gue nggak ngerasa lagi kalo gue sendirian, dan saat-saat seperti itulah terkadang jadi saat sendirian yang paling bisa dinikmatin.


Sayangnya, gue rasa banyak orang yang nggak beruntung bisa punya saat-saat seperti ini. Jaman sekarang, banyak orang denger musik karena kejar-kejaran sama trend musik yang lagi booming. Mereka berlomba-lomba update lagu paling baru dari musisi yang lagi hip. Urusan nyetel atau enggak sama kuping dan selera, itu urusan nanti. Lebih-lebih urusan nikmatin lagu.. meeeeh, entah kebayang apa enggak. Makanya nggak aneh juga sih kenapa musik sekarang awut-awutan gini, penyanyi tampang keren suaranya kayak engsel pintu pager tau-tau albumnya meledak, penyanyi tampang meringis yang suaranya bikin garuk-garuk tanah pada gulung tiker. Lirik-lirik aneh dan horor bermunculan. Bahkan pada tahap yang paling kritis, kita ngasih uang ke pengamen adalah semata-mata untuk ngusir dia pergi karena kita udah ngerasa insecure dengan kehadirannya dia, sama sekali udah nggak peduli sama suaranya, lagu yang dibawain atau bahkan tentang bakat yang dimiliki. Secara nggak sadar, sisi apresiatif kita yang paling mendasar udah terbunuh dan minta dikubur di San Diego Hills pula. Meh..

Oke-oke sori, kebablasan. Balik lagi soal siaran yang lagi gue dengerin malem ini. Channel yang tune-in ini adalah channel yang udah cukup terkenal. Penyiarnya malem ini adalah seorang rapper besar negeri ini. Bisa dibilang dia orang yang bikin musik rap booming di seantero negara ini pada tahun 90an. Tetapi yang bikin gue kaget, segmen acara yang dia bawain malem ini adalah segmen yang sama sekali nggak nyambung sama rap, bahkan bisa dibilang ‘alus’ untuk seorang rapper. Segmennya adalah segmen lagu-lagu cinta, sambil sesekali menampung cerita dari pendengar sesuai tema yang dikasih sama sang penyiar. Apa temanya malem ini? Masih cinta sama mantan. Dang! Banyak penelpon lalu-lalang ceritain pengalaman mereka sama mantannya, ada yang nangis, ada yang terisak-isak, ada yang dari suaranya aja kedengeran obsesif sama mantannya. Mereka ceritain hal yang buat mereka nggak bisa ngehapus perasaan cinta dari mantannya, walaupun banyak juga diantara mereka sekarang udah sama orang lain, bahkan udah nikah. Ada cerita yang biasa-biasa aja, ada juga cerita yang bikin sampe menceloooos gitu dengernya. Tapi gue nggak akan bahas apa cerita mereka, ntar kebablasan lagi men! Nggak jadi-jadi guenya curhat. Hahaha..

Ya itulah tadi, gara-gara siaran radio sebentar bisa sebegitu banyak hal yang bisa diinget, bisa dibahas dan diomongin. Nggak ada salahnya sih kalo kita mau coba balik lagi dengerin radio dan mencoba nikmatin musik sebagaimana gue udah ceritain diatas. Kadang gue ngerasa rindu gitu sama ‘kenorakan-kenorakan’ jaman dulu, misalnya kirim-kiriman perasaan lewat lagu di udara, atau kirim-kiriman surat cinta pake pos, atau bahkan burung merpati sekalian. Itu jauh lebih romantis buat gue ketimbang gaya pacaran modern yang civilized lewat dinner, nonton, shopping atau sekedar hang-out tapi masing-masing sibuk sama gadget atau aktivitas lainnya. Lewat radio, perasaan yang dikirim pake lagu juga bisa dinikmati sama orang lain yang kebetulan punya kondisi atau pengalaman yang sama seperti yang kita rasain. Para musisi juga, insya allah tetap istiqomah bikin karya yang bisa dinikmati sama pendengar bukan semata-mata bikin lagu buat pasar. Atau kirim-kiriman surat lewat pos, kesan kita terima bakal berasa lebih berbekas ketimbang smsan, bbman atau skypean. Karena kata-kata yang ditulis sepenuhnya dipikirin mateng-mateng dan isi surat itu adalah sepenuhnya berbicara tentang cinta dan rindu tanpa perlu ada embel-embel lain. Selain itu, barangkali juga bisa kembali menyuntikkan semangat buat PT. Pos Indonesia yang udah megap-megap karena babak belur dijajah teknologi komunikasi mutakhir.

 Lagu, musik dan radio malem ini ngasih gue sedikit kecelakaan ide yang memaksa untuk ditumpahin lewat sini dan mudah-mudahan juga bisa sedikit ngajak pembaca (kalo masih ada yang baca dan mau diajak mikir serius) buat merenung dan mencoba ngeliat sekeliling kita dengan cara yang mungkin klasik dan ketinggalan jaman, tapi mungkin juga sudut pandang ini bisa ngasih kita pemandangan baru untuk bisa keluar dari kondisi kita saat ini yang cukup bikin penat.


Sebagai penutup postingan kali ini, gue nggak bisa ngomong macem-macem dan aneh-aneh lah. Ntar nggak matching sama keseluruhan isi postingan ini. Ntar kesan dramatisnya juga nggak dapet. Hahaha.. tetep sehat temen-temen, tetep orisinal, tetep kreatif dan tetep apresiatif.

“ ... karena banyak cinta tumbuh dan tersebar lewat udara.”
Posted on 13.37 | Categories:

Jumat, 22 Maret 2013

AKHIRNYA TERBIT JUGAAAAAAAHH!!

Waaaawww.. nggak terasa udah lama banget sejak postingan terakhir di blog ini terbit.

Well, apakabarnya nih semua? 2013 gitu kan, pastinya udah ga ada lagi kan pembaca blog ini yang cacingan, terus cacingnya sampe keluar-keluar dari lobang idung? Pasti lo nggak percaya, ada gitu emangnya? Ada kok! Masih nggak percaya? Ntar gue kasih liat gambarnya, ntar, sekarang gue masih nyari ide biar gambar itu bisa disatuin pake photoshop, hehehe.

Seperti biasa, sebenernya ada banyak kejadian yang kita lewatin selama berjalannya tahun 2013 ini, dan seperti biasanya juga, lebih banyak kejadian yang kelewatan buat kita share disini. Event berikutnya yang gue inget adalah, kemenangan yang gilang gemilang dalam greation of labs’c 2013. meskipun pastilah ada sedikit kekurangannya, yaaa.. digeneralisir ajalah. Over all baik-baik saja sebagaimana mestinya, karena biasanya menang dan jadi menangnya biasa aja (aaastaghfirullaaaahhaladziiim..).



Hingga kita tiba pada prediksi yang akan terjadi nanti di bulan april-mei ini, bulan yang cukup “hectic” buat gue karena mau nggak mau tugas akhir yang sakral berupa sikrispi ini harus diakhiri dengan cara sidang, yang bikin napas makin terasa susah, bikin tidur jadi susah, bikin apapun yang mau dilakuin terasa susah (untung aja buang air tetep lancar, alhamdulillah), bikin niat mau macarin pevita pearce rasanya susah dan niat awal bikin gagal pernikahan dian sastro juga terasa sangat-sangat susah (dan akhirnya bener aja kan, sekarang dia udah nikah bahkan lagi hamil anak kedua.. I thought we had something, dian! Hiks..).

Daaaaaaan, dipenghujung bulan-bulan yang basah ini, dimana langit sedang gemar menurunkan hujan dan geluduk, aduh apa sih bahasa indonesianya geluduk-geluduk mau hujan itu?, bukan geluduk-geluduk diatas genteng waktu mendung yang dilanjutin dengan jeritan dan bunyi gedebugg loh yah, haruss dibedain, geluduk pertama yang gue maksud itu tanda alam yang biasanya muncul kalo mau ujan. Sedangkan kalo geluduk-geluduk yang kedua (yang diikuti dengan jeritan dan bunyi gedebugg) itu mungkin suara pembantu lo yang kepeleset dari lantai atas waktu ngangkatin jemuran –termasuk berbagai aroma, bentuk, warna dan ukuran itu cangcut, itu kutang dan itu beha keluarga lo lah—, jadi harap dibedakan baik-baik (geluduk-geluduknya, bukan bentuk, warna, ukuran dan bau cangcutnya!!).

Aduh, gue itu sebenernya mau cerita kalo kemarin (6 maret) tepat saat temen kami yang lain, bapak arry mukti baru saja yang berulang tahun dan nanti tanggal 9 maret giliran anak keduanya yang ulang tahun. Luar biasa! Sangat produktif sekali bapak yang satu ini! Dia itu termasuk juga simpatisan gerakan separatis jejakaundercover yang merusak moral bangsa ini. Eksistensi dan loyalitasnya terbukti dengan sumbangsih satu kali posting di blog ini (sejak blog ini terbit 2009) dan hingga sekarang tidak pernah posting lagi! Luar biasa!!

Sebenernya udah ada banyak planning buat jalan-jalan kembali ke alam dan merayakan lepasnya semua penat yang tertimbun dalam hati dan pikiran ini, ciaaah. Tapi.. sepertinya dalam waktu dekat semuanya hanya akan tetap berupa rencana, karena sampe saat ini gue hanya bisa tertunduk lesu, mendadak lemah lunglai dan hilang semangat ketika buka dompet, cuma terdapat tulisan “bukalah pintu maaf sebesar-besarnya, bukalah hatimu selapang-lapangnya, dan bukalah dompet ini lain kali, barangkali sudah ada uangnya.” Begitupun kebencian yang membuncah ketika menemukan surat tilang didalem dompet hasil apes kena razia Operasi Zebra di Bogor kemaren yang ngingetin bahwa harus ada pengeluaran ekstra akhir bulan ini. Meeh..

Ngomong-ngomong soal zebra, berkaitan juga sama euphoria kena tilang kemaren, ada satu zebra, patung zebra sih, yang terdzalimi akibat jadi sasaran pelampiasan gue yang harus sidang sikrispi akhir mei ini demi merengkuh gelar sarjana dan udzi yang harus sidang tesis demi gelar master league PES2013 nya, dan ironisnya dilakukan oleh orang-orang yang (harusnya) berpendidikan.

Liat aja nih :




Gambar. 1
Perilaku anak normal terhadap patung zebra.
Bandingin sama yang ini :
Gambar. 2
Calon Master Komputer yang masa kecil kurang bahagia (lihat betapa bahagia ekspresi wajahnya)
dan ga pernah ketemu zebra di kampungnya di Solok.
(emang di Solok ada zebra??)


Atau malah sama yang ini :
Gambar. 3
Calon Sarjana Sosial yang tertekan karena udah kena SP-2 dari pembimbing karena nggak selesai-selesai nulis sikrispinya.
(lihat betapa cabul dan mesum mukanya, bandingin sama muka zebra yang begitu tertekan)


*anying, pantesan ga kelar-kelar loh ini sikrispi.. kelakuan aja masih kayak gitu coba.. duh gustii.. okeh, setelah postingan curhat ini terbit gue akan.. coba cari patung kudanil dan cicipin kayak apa rasanya nyium kudanil.



Hingga akhirnya terlibat cinta segi-zebra diantara mereka:


Gambar. 4
Zebra yang malang, sampe mau makan orang.


Udah deh ah.. gitu aja. Pusing.. udah yaa, yook, daaah..

keep pipiis, looff enn gawuuuul ~



**ini draft postingan yang nggak terbit-terbit dari tahun 2010. Tadinya itu patung zebra dipake buat ngebahas world cup 2010 yang diadain di afsel. Berhubung malem ini gue kesepian dan nggak ada temen ngobrol karena besok pada kerja dan sipacar udah tidur, dan keinget kalo blog ini pernah deactivated karena sepinya postingan. Makaaa.. yaudahlahyaa, lumayan lah.

Jumat, 16 September 2011

akhirnya nongol juga !!!!!


arry post,


assalammualaikum !!!
dari pertama kali ini blog ada, gw (arry) gak pernah nulis disini (gak penting juga kali ya ada gw or gak)...
ya karna gw gak tau mau nulis apa mangkanya gw gak pernah nulis (padahal emang baru bisa nulis di blog) hehehehehe...

dari yg gw liat di postingan kemaren2 kaya'a memang cm Si dosen (udzi) sm si mahasiswa (rhiant) aja yg aktif n mungkin sekali2 ada pak mekanik (huda) yg nyampah gak jelas< hehehehee PISS ah

gw juga binggung mau nulis apa???
ok gni aja mungkin gw akan update cerita tentang kehidupan para jejaka aja ya..

dimulai dari gw, kesibukan gw sekarang ya cukup sibuk ( gayanya kaya orang bener aja), gw kerja di sebuah koperasi pegawai sebuah perusahaan migas< ya alhamdulillah walaupun hanya sebagai bawahan tp semua kebutuhan gw bisa terpenuhi, makasih ya ALLAH.... dan karena juga gw jejaka yg pertama nikah otomatis kehidupan gw diisi sm kesibukan ngurus ank2 sm emaknya ank2



itu poto keluarga kecil gw, next time gw ceritain tentang keluarga gw...
ya itulah kesibukan yg gw punya

next qta cerita tentang pak mekanik (huda)
selain gw jejaka yg satu ini juga udah maried n baru di anugrahi seorang ank laki2
untuk kesibukanya sekarang setau gw cm kerja doang, hehehehe
klo mau lengkap tanya sendiri dah

next
rhiant
kesibukan dy sekarang, sangat sibuk banget sampe2 napas aja gak sempet (terlalu hiperbola bgd ya gw), ya secara sekarang dy itu ketua HE-MAN dikampus'a + baru punya pacar baru< akhirnya setelah kesana kemari nyari ada juga yg iba sm dy> hehehehee, pipis lagi ah, eh maksudnya piss lg ah

n yg terakhir
bapak dosen qta
AHMAD FAUZI S,kom (udzi)
beliau lg sibuk ngambil S2nya, n ngajar di sebuah kampus di jakarta, jejaka yg satu ini yg sekarng kesepian karena rhiant yg bisa menemani diri'a sudah dapat rezeky dari allah, hehehe kata duit kali ya..
balik lg ke pak dosen, selain kesibukan'a diatas beliau juga sedang sibuk untuk, untuk, untuk apa ya??

menentukan bukan ya?
meluluhkan hati pujaan hatinya< semangat brader > ya mungkin hanya itu aja kesibukan dari dirinya..

oh iya para jejaka juga lg mau buat sebuah acara pada bulan november mendatang mudah2an bisa terlaksana n lancar, amien ya allah..

next time gw sambung lg, mau sholat jum'at dulu soal'a

see U next later

Posted on 11.06 | Categories: